logo
 Pangeran yang Jahat

Pangeran yang Jahat

Ringkasan

Pangeran yang jahat dan haus kekuasaan berusaha menaklukkan semua negara dengan kekejaman, menghancurkan kota-kota dan menyiksa rakyat. Ia membangun istana megah dan patung dirinya di mana-mana, bahkan berniat menaklukkan Tuhan. Dengan kapal terbang bersenjata, ia menyerang langit, tetapi dikalahkan oleh malaikat Tuhan. Meski terus berusaha selama tujuh tahun, akhirnya ia dikalahkan oleh seekor nyamuk kecil yang menyengatnya hingga gila.

Teks

ADA seorang pangeran jahat yang hidup di zaman dahulu. Hatinya dipenuhi keinginan untuk menaklukkan semua negeri di dunia dan menebar ketakutan. Dengan api dan pedang, ia menghancurkan negeri-negeri itu. Para prajuritnya menginjak-injak tanaman di ladang dan membakar gubuk-gubuk petani hingga api menjilat daun-daun hijau di dahan pohon, sementara buah-buahan bergantung kering di atas pepohonan yang hangus.
Banyak ibu miskin berlarian dengan bayi telanjang dalam pelukannya, bersembunyi di balik dinding pondok yang masih mengepul asap. Namun para prajurit tetap mengejar mereka. Ketika menemukan para ibu itu, mereka dijadikan santapan baru bagi kesenangan setan para prajurit. Bahkan iblis pun takkan sanggup berbuat lebih kejam dari mereka!
Pangeran itu menganggap semua ini benar dan memang sudah seharusnya terjadi. Kekuasaannya bertambah setiap hari, namanya ditakuti semua orang, dan keberuntungan selalu menyertai perbuatannya.
Dari kota-kota yang ditaklukkannya, ia membawa pulang harta berlimpah. Perlahan-lahan, kekayaannya menumpuk di kediamannya hingga tak ada yang bisa menandingi. Ia membangun istana, gereja, dan balai yang megah. Semua yang melihat bangunan megah dan harta berlimpah itu berdecak kagum, "Alangkah perkasanya pangeran ini!"
Tapi mereka tak tahu penderitaan tak berujung yang ia timbulkan di negeri-negeri lain. Mereka tak mendengar rintihan dan ratapan yang bergema dari puing-puing kota yang hancur.
Seringkali pangeran itu memandang emas dan bangunan megahnya dengan bangga, lalu berpikir seperti orang banyak, "Alangkah perkasanya aku! Tapi aku harus dapat lebih banyak—jauh lebih banyak. Tak boleh ada kekuatan di dunia yang menyamai apalagi melebihi kekuasaanku."
Ia pun berperang dengan semua tetangganya dan mengalahkan mereka. Raja-raja yang kalah dirantai dengan belenggu emas di keretanya saat ia melintasi jalan-jalan kota. Para raja itu harus berlutut di kakinya dan kaki para pengawalnya saat mereka makan, dan hanya boleh memakan sisa-sisa makanan yang ditinggalkan.
Akhirnya, pangeran itu mendirikan patungnya sendiri di tempat-tempat umum dan di istana kerajaan. Bahkan ia ingin patungnya dipasang di gereja-gereja, di atas altar. Tapi para pendeta menentangnya, "Paduka memang perkasa, tapi kekuatan Tuhan jauh lebih besar. Kami tak berani menuruti perintah Paduka."
"Baiklah," kata pangeran. "Kalau begitu, aku akan menaklukkan Tuhan juga."
Dengan kesombongan dan kebodohannya, ia memerintahkan pembuatan kapal megah yang bisa berlayar di udara. Kapal itu dihias indah dengan ribuan warna, seperti ekor merak, dan dipenuhi ribuan mata—setiap mata adalah laras senjata.
Pangeran duduk di tengah kapal. Cukup dengan menyentuh sebuah pegas, ribuan peluru akan melesat ke segala arah, sementara senjata-senjata itu langsung terisi kembali. Ratusan elang dikaitkan ke kapal itu, membawanya melesat cepat seperti anak panah menuju matahari.
Bumi segera tertinggal jauh di bawah, terlihat seperti ladang jagung dengan gunung dan hutan sebagai alur-alur bajak yang memisahkan padang hijau. Lama-kelamaan, bumi hanya terlihat seperti peta dengan garis-garis samar, sebelum akhirnya menghilang sama sekali dalam kabut dan awan.
Elang-elang itu terbang semakin tinggi, lalu Tuhan mengutus salah satu dari malaikat-Nya yang tak terhitung jumlahnya untuk menghadang kapal itu. Pangeran jahat itu menghujani malaikat itu dengan ribuan peluru, tapi peluru-peluru itu memantul dari sayapnya yang berkilau dan jatuh seperti butiran es biasa.
Satu tetes darah—hanya satu tetes—menetes dari bulu putih sayap malaikat itu dan jatuh ke kapal tempat pangeran duduk. Tetesan itu membakar kapal dan memberinya beban seperti ribuan ton, menariknya dengan cepat kembali ke bumi. Sayap kuat elang-elang itu tak berdaya, angin menderu di sekitar kepala pangeran, dan awan-awan di sekelilingnya—apakah itu asap dari kota-kota yang dibakarnya?—berubah bentuk menjadi kepiting raksasa sepanjang bermil-mil yang menggapai-gapai cakarnya ke arahnya, atau menjadi batu karang besar yang meluncurkan massa berapi seperti naga menyemburkan api.
Pangeran itu terbaring setengah mati di kapalnya ketika kapal itu akhirnya menabrak dahan-dahan pohon besar di hutan dengan hantaman dahsyat.
"Aku akan menaklukkan Tuhan!" teriak pangeran. "Aku sudah bersumpah! Keinginanku harus terlaksana!"
Ia menghabiskan tujuh tahun untuk membuat kapal-kapal ajaib yang bisa berlayar di udara, dan anak panah dari baja terkeras untuk meruntuhkan tembok surga. Ia mengumpulkan prajurit dari berbagai negeri, begitu banyak hingga jika berbaris akan memenuhi jarak beberapa mil.
Mereka naik ke kapal-kapal itu, dan ketika pangeran hendak memasuki kapalnya, Tuhan mengirimkan segerombolan nyamuk—hanya sekumpulan nyamuk kecil. Mereka berdengung di sekitar pangeran dan menggigit wajah serta tangannya. Dengan marah, ia menghunus pedang dan mengayunkannya, tapi hanya memukul udara tanpa mengenai nyamuk-nyamuk itu.
Ia lalu memerintahkan pelayannya untuk membawa selimut mahal dan membungkusnya agar nyamuk tak bisa mencapainya. Para pelayan menuruti perintahnya, tapi seekor nyamuk kecil sudah bersembunyi di dalam salah satu selimut, merayap masuk ke telinga pangeran, dan menggigitnya.
Rasa sakitnya seperti terbakar, dan racunnya menyebar dalam darahnya. Pangeran yang sudah tak waras itu merobek-robek selimut dan pakaiannya, melemparkannya jauh-jauh, lalu menari-nari di depan para prajuritnya yang kejam. Kini mereka mengejeknya—si pangeran gila yang ingin berperang melawan Tuhan, tapi dikalahkan oleh seekor nyamuk kecil.